Rabu, 28 Juli 2010

Langkah Pertama adalah Bertindak Jujur



Umur saya 27 tahun, masa ABG saya berada di masa transisi Pemerintahan
Soeharto dan Pemerintahan yang katanya reformis, itu mungkin salah
satu faktor yang membuat saya agak kritis terhadap kepemimpinan negeri
ini. Umur 27 bukanlah umur yang tua tapi bukan pula umur yang muda,
tapi saya adalah bagian dari ini “manusia-manusia indonesia yang anti
korupsi”.

Saya kerja di instansi yang di kenal karena ‘”gayus” nya, tapi syukur
saya bukan golongan dia sebelum atau sesudah reformasi perpajakan saya
tidak pernah ada di golongan itu, saya bersyukur karena memiliki
karakter ini

Ayah saya adalah seorang pegawai negeri yang masuk instansi “basah” di
zaman Orde Soeharto yakni BPKP, tapi alhamduliillah ayah saya
mencontohkan nilai2 anti korupsi kepada saya sejak kecil, Ayah saya
hanya punya sebuah rumah di kompleks kelas menengah (BTN istilah
didaerah ku), punya dua mobil sebuah mobil Toyota crown tahun1974
(dibeli tahun 1994, sekarang mobil tersebut siap2 pensiun) dan mobil
Suzuki alminity tahun 1994 (dibeli tahun 2008) , Ayah saya tidak punya
mobil mewah tapi selalu bangga dengan itu, karena dia tidak korupsi,
itu yang selalu dia bilang kepadaku.

Aku sendiri begitu SMP disekolahkan di Pesantren (pakai test) terus
masuk SMU Islam Swasta (pake test) , padahal jujur aku kepengen masuk
SMU Negeri tapi ayah bilang kalau masuk SMU negeri mesti nyogok,
mending nda usah!!. Kuliah aku sempat kuliah hukum, sebelum lulus di
STAN almamater yg sama dengan Ayahku dulu, pas penempatan saat teman2
lain grasak-grusuk urus supaya penempatan di kota, Bapakku justru
membiarkan aku, padahal direktur STAN saat itu adalah temannya, yang
bisa saja mengurus penempatanku, tapi bapak lagi-lagi bilang semua
yang dimulai dengan kecurangan tidak akan ada manfaatnya. Saat aku
penempatan dan jauh dari mereka, Ayah yang mengantar ku, aku tahu dia
menangis tapi dia tidak menyesal baginya dia mengajariku kejujuran.
Dengan Kejujuran, ayah mengajariku tentang pembuktian terbalik, semua
yang dia peroleh mesti adalah nafkah yang halal, jika keluarga kami
mendapat rezeki berlebih dalam bentuk materi maka Ayah “siap”
menerangkan dan mempertanggungjawabkannya di hadapan anak2nya. Baginya
tidak akan terbentuk sikap yang jujur dan anti korupsi jika kita
memberi nafkah dengan cara “haram”.

Mulai lah semuanya dengan yang baik maka hasilnya juga baik, generasi
muda yang ada sekarang mesti berjuang buat memutus penjajahan korupsi
di negeri ini, bukan buat dia tapi buat anak-anak nya kelak buat
generasi yang akan datang agar bangsa ini lebih baik.

Tulisan ini kudedikasikan buat Ayahku yang berulang tahun 4 Juli nanti
dan telah memasuki masa pensiunnya, meminjam istilah Andrea Hirata,
Ayahku ayah nomor satu di dunia :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar